Cincin nikah juga satu dari ribuan hal yang dengan sangat riang gembira gue pilih sepenuh hati. Abisnya kan ini beli sekali (ya siapa juga sih yang punya lima cincin kawin... zzz) buat selamanya ya, jadi wajar rada ribet binti rempes pas milah-milih modelnya.
Anyway, kemaren, waktu dateng ke wedding expo, gue sama R juga sempet liat-liat cincin kawin. Modelnya tuh bejibun ya ternyata, dari yang kalo ditumpuk dua jadi bentuk hati, ditempelin batunya jadi bentuk hati, permatanya kecil-kecil bentuk hati, sampe yang cincinnya sendiri bentuk hati. Zzz. Ya enggak dooong, kalo cincinnya bentuk hati dipakenya gimana coba?
Berhubung gue udah tau mau cincin kawin kayak apa dan R udah gue paksa setuju, maka kami berdua gak terlalu merhatiin promosi dari si empunya toko tentang cincin-cincin canggih itu. Right after mbak-mbak (atau nci-nci sih, R?)-nya selesai ngomong, gue langsung nanya, "kalo yang polos aja, tanpa hiasan apapun, tapi agak gendut ada nggak mbak?"
Mbak-nya bengong ngeliatin gue, kemudian menggeleng. Bingung kali dia, dikasih yang modelnya tjakeup-tjakeup kok malah maunya yang polosan. Purba ih...
Hihi. Bodo amat.
Gue ngotot mau cincin polosan karena gue tau filosofi, sejarah, dan arti dari cincin kawin dari buku Wedding Inspiration-nya Tina Andrean.
Menurut beliau, tradisi ini bermula saat manusia masih tinggal di dalem gua. Saat menikah, mereka akan mengikatkan jalinan rumput, kulit, tulang, atau gading di kaki sang istri. Tujuan awalnya adalah untuk mengikat roh. Namun seiring majunya peradaban, bangsa Mesir mulai mengenakan 'ikatan' yang dipakai di jari, yakni cincin. Bangsa Yahudi kemudian menyempurnakannya dengan menggunakan emas.
Kenapa harus cincin? Kenapa bukan kalung atau gelang?
Konon, karena bentuknya pasti bulat dan melingkar sempurna, cincin dijadikan simbol dari cinta yang tak berujung, tak berawal, dan tak berakhir. Sementara, alasan emas dipilih sebagai bahan dasar adalah untuk merepresentasikan cinta yang ada nggak akan lekang dimakan waktu, abadi, suci, dan kuat.
Jadi, cincin kawin itu ada artinya. Nggak sekedar ngikutin adat atau tradisi aja :)
Makanya, gue nggak milih cincin nikah dengan aksen batu berlian atau permata lain, karena (menurut gue) batu menjadikan bentuk cincin itu nggak lagi bulat sempurna. Instead, gue kepingin yang modelnya polos, simpel, tapi agak gendut, kayak begini kira-kira:
Model cincin kawin bokap nyokap gue juga kayak begini lho. And for some random reason, I truly adore its design! Selain itu seperti calon pengantin pada umumnya, gue berharap kelak, pernikahan kami akan abadi (and also getting stronger day by day... Pernikahannya ya, bukan berantemnya.) dan cinta kami, –seperti bentuk bulat pada cincin– will remain endlessly and infinitely.
Amiiin, ya R?
AMIN BESAR KARENA GUE JUGA BERPIKIR BEGITU! *mulai peluk-pelukan sama S* :p
ReplyDeleteOliv: *TOSS LAGI UNTUK KESEKIAN KALINYAAA!!* *TEBAR CONFETTI*
ReplyDelete