Wednesday, August 27, 2014

The Proposal (?)

Inget cerita gue tentang cincin lamaran di sini?

Ternyata gue nggak jadi say gutbay!

Jadi setelah melalui diskusi alot dengan R, akhirnya kami berdua mencapai kesepakatan. Cincin lamaran tetep diadakan. It was and still is my dream, dan cuma R yang bisa ngewujudin itu (yamasa orang lain? *ketok meja*).

Okedeeh.

Gue udah ngarep banget, lamaran ini bakalan kejadian pas gue ulang tahun. Aku nggak mau kado apa-apa, R... Maunya sinsin ajaaah! Ya ya ya?

Setelah main kode-kodean sama R dan dia sepertinya nggak ngerti juga, akhirnya gue nyerah. Begitu dia nanya, "Kamu mau kado apa?", langsung gue jawab, "Mau dilamar aja pake cincin."

Berjalan mulus? Tentu... tidak.

Hidup bercanda dengan bikin R sibuk-sesibuk-sibuknya seminggu sebelum gue ulang tahun. Alhasil hari Jumat, waktu kami ketemuan sepulang kerja, R ngaku dese belum nyiapin apa-apa buat ultah gue. Rencana doi, hari Sabtu, pas kami berdua ke wedding expo, doi mau beliin cincin berlian di sana. Sama gue.

Beli cincin buat ngelamar, tapi gadisnya dibawa. Disuruh pilih sendiri.

Kontan gue bengong, abis itu ketawa ngakak sambil... nangis. Ahahaha, abis gimana. Gue sih wholeheartedly ngerti alasan doi. Cincin yang mau dia beli kan nggak murah, dan daripada gue nggak suka atau nggak muat, mending guenya ikut milih dan cobain langsung.

Masalahnya, jenis cincin dan ukuran jari udah pernah gue kasih tau ke R. Tapi anaknya tetep nggak pede. Akhirnya dia memutuskan, beli bareng adalah solusi yang paling aman. Tapi kan, elemen surpraisnyaaa jadi lenyap .__. *kelitikin R pake kulit duren*

Sanking gemesnya, sebelum balik gue sempet ngomong sama R, "Nanti aku ajarin kamu deh cara ngelamar yang baik gimana." sambil ngakak miris. Dia cuma peluk-peluk sambil minta maaf melulu. Keliatan banget dese merasa bersalah. Yastralah, I tried to hide my disappointment and cheered my self up.

It was only a matter of ring, it shouldn't affect my happiness.

NOT.

Begitu masuk taksi, gue langsung banjir air mata. People say, expectation kills. Mungkin karena ekspektasi yang gue bangun sendiri udah setinggi langit, akhirnya kecewanya juga banget-banget.
Untung aja besokannya, gue udah nggak terlalu kepikiran. Sebelum tidur nangis, tapi bangun-bangun gue putusin untuk nggak mikirin ini dulu. Daripada bad mood berujung bad day, kan?

Gue sama nyokap siap-siap, kemudian nggak lama, R sama nyokapnya jemput, dan kami langsung meluncur ke JCC untuk menghadiri Wedding Expo yang digelar oleh Weddingku. Di sana, R menepati janjinya. Dia ngajak gue mengunjungi sebuah booth jewelry store yang paling besar, kemudian kami ngeliat-liat diamond ring.

Sebenernya gue agak miris juga sih begitu ngedeketin mata ke price tag-nya. Buset, ini nggak ada apa yang di bawah lima juta? *snewen*

Pun ada yang di bawah lima juta, emang ukuran gue jadi ada?

Inilah kenyataan yang paling bikin broken heart. Ukuran jari gue emang terbilang cukup ajaib. Di saat cincin perempuan normal yang dijual minimal berukuran 8, jari gue... 4. Yes, emfat. Cencu saja pengukuran ini diikuti oleh ekspresi kaget dari si penjual. Kemudian, dia berujar dengan kecewa, "Wah, kecil banget ya mbak. Kalo ukurannya segitu mah, kita nggak ready. Harus custom."

Prak. Did you hear that? That was the sound my heart, breaking to the pieces. Huhu.

R terus-terusan minta maaf sama gue, but I can't blame him, really. Lah yang tangannya kelewat kayak liliput kan gue?

Sepulangnya dari wedding expo, surprisingly, gue nggak kecewa-kecewa amat. Mungkin karena malem sebelumnya emang udah nggak terlalu berharap, ya. Lagian, besok mau ultah, masa hari ini sedih-sedihan? Nggak mau ah.

After all, what's matter will and always be my R. Despite the way the proposal isn't what I dream of since I was a kid, I think I can accept it.

Seolah tau apa yang gue pikirin, R janji bakalan tetep beliin gue cincin. Gue nggak tau apa itu termasuk dengan proper proposal juga, atau hanya cincin yang dikasih ke gue sebagai hadiah. Whatever it will be, I don't want to get my hope high.

I love R so much, and I don't want to lose him just because he can't grant my wish. Giving up my dream once again shouldn't be that hard, yes? *sok tegar*

Yastra, sementara itu update-ku tentang lamar-melamar. Semoga ada sequel-nya, ya! Ahahak. *doyan*

No comments:

Post a Comment