Wednesday, September 16, 2015

Sangjit - The Day

Gue bangun dengan mata setengah bengkak, karena baru tidur subuh. Ngantuk'e pol, tapi kudu nyeret kaki ke kamar mandi, abis itu siap-siap. Pake baju, dengdong, kemudian ngangkat rambut, berhubung hair stylist gue tiba-tiba bilang nggak bisa dateng. Untung tangan nggak coplok gara-gara kelamaan megangin brush sama catokan.

Jam sepuluh lebih dikit, gue dan keluarga udah duduk manis di mobil, on the way ke Cahaya Baru.

Oh iya, sekilas info, jadinya tetep di Cahaya Baru, walopun mejanya sebenernya nggak cukup untuk diisi 12-14 orang seperti janji awal pemilik resto-nya. Tapi ya gimana ya... dimuat-muatin ajalah.

Jam setengah dua belas, gue sampe dan ketemu sama om-om dan tante-tante gue yang udah lebih dulu sampe di sana. Lhaa ini gimana, bintang tamunya kok malah telat?

Setelah bebenah dan ngatur-ngatur meja kursi, gue dikabarin sama R, bahwa rombongan dese udah ampir sampe. JENG JENG!

Gue langsung ngambil tempat di pojok ruangan, ngumpet di balik sepupu-sepupu gue. Another note, gue sama sekali nggak ngerti adat istiadat dan tatanan cara sangjit yang baik dan benar. Oma gue pun nggak terlalu tau, dan dia selow aja. Untung kami nggak digentayangin sama arwah leluhur ya. So at that point, gue bahkan nggak tau harus berdiri di mana. Jadi yaudah, gue diem aja di pojokan, sementara tante-tante dan om-om gue baris untuk nerima baki-baki dari keluarga R.

Setelah semua baki dari pihak keluara R pindah ke keluarga gue, wakil keluarga R, adiknya tante yang paling kecil, memberikan sepatah dua patah kata, yang intinya adalah, tujuan mereka datang kemari, yakni melamar gue, dan 'mengantar' R masuk ke dalam keluarga gue. Setelah sambutan dari wakil keluarga R kelar, seharusnya, ada sambutan juga dari wakil keluarga gue. Tapi berhubung nggak ada yang siap, jadi ya kami diem aja, abis itu tanpa basa-basi langsung mempersilakan untuk duduk dan makan. Super awkward. Hihi.

Setelah duduk di meja masing-masing, makanan dihidangkan, dan kami mulai makan... meskipun rada sempit-sempitan. Yaiyalah ya, meja 10 orang dibuat untuk 12-13 orang... Siku bisa diangkat aja udah bagus.

Pokoknya jangan percaya ya kalo pemilik resto bilang meja dengan kapasitas 10 cukup untuk 12-14 orang. Bohooong! Itu akal-akalan aja biar jadi booking. *coret CB dari rekomendasi Chinese restaurant*

Makanannya pun nggak seenak Angke atau Tatawang. Yang lumi cuma Sup Ikan sama Gurame Asem Manis-nya aja. Sisanya, standar. To take things even worse, malah ada yang dingin dan hambar. Errr. Manalah harganya mahal. Udah gitu, muka pelayannya asem dan jutek semua. Baru senyum pas dikasih tip sama nyokap gue. HIH!

So, sekali lagi, CB isn't recommended ya. Bagi bride to be yang lagi nyari tempat buat Sangjit, don't even consider this place. Kalo Tatawang, Angke, Central, atau Furama masih available, mending pilih satu di antara empat itu deh. Yang pasti-pasti aja. Buat Sangjit kok coba-coba.

Kembali ke acara, setelah makan siang, acara foto-foto sama baki pun dimulai. Meja makan di bagian tengah dibersihin, baki disusun, abis itu gue dan R berdiri di tengah, dan gantian foto bareng sama anggota keluarga yang hadir. Semacem sneak peak fotber pas resepsi.

Kelar foto bersama, gue dipakein kalung sama mami-nya R, tanda bahwa gue udah di'iket' sebelum nanti disahkan jadi istri R. Setelah itu, gue dan R sama-sama ngasih angpao untuk oma gue tercinta. Nggak ada yang ngalahin rasa seneng gue, ngeliat wajah beliau yang terharu saat nerima pemberian nggak seberapa dari kami berdua. Ah, I love you so much, grandma! :")

Prosesi Sangjit selesai, om om dan tante tante pada karaoke, sementara gue dan beberapa tante mulai membongkar baki untuk dibagi dan/atau ditukar dengan isian yang udah disiapkan. Baki-baki berisi buah kayak Jeruk dan Apel dan kue-kue cuma diambil separo aja isinya, sisanya dibalikin ke R. Sedangkan baki-baki berisi toiletries, baju & sepatu, uang dan perhiasan, arak/wine, diambil, kemudian dituker dengan barang-barang untuk R.

Tepat jam 1 siang, tante-tante dan om-om gue kembali berbaris untuk menyerahkan baki-baki tersebut kepada keluarga R. Setelah keluarga R pulang, kami juga pulang deh.




Demikianlah cerita hari Sangjit-ku. Nggak terlalu berasa spesial-nya sih, to be honest. Abisan kan gue udah ngerasa dilamar dari Desember tahun lalu. Makanya dari kemaren juga udah melabeli R sebagai tunangan instead of pacar. Tradisi Sangjit ini ibaratnya hanya official-nya aja.

Anyway, akhirnya, the wait is ovah! Barang-barang yang ada di baki boleh dipake! HOREEE! Baju balu, alhamdulilah!

big smileee!

PS : Credit for all the photos is for the amazing Jesica Indah. Thank you for being with me in every milestone. I love you more than you ever know

PSS : Udah disuruh manggil 'mama' nih, sama mami-nya R. Sedangkan hati ini masih malu, dan lidah masih suka keseleo. Piyepiyepiyeeee? (Halo, Oliv :p)

3 comments:

  1. HUAHAHAHAHAHA tips: hindarilah kalimat yang mbikin kita mesti pake salutation/manggil :p "Tante kasih Sarah kalung, tapi mulai sekarang manggilnya mama yaaaaa" mihihihihihi

    ReplyDelete
  2. hihihi, iya kelu banget buat manggil tante jadi mama. trus diliatin orang lain juga, pasti mereka mesem - mesem. cantik sekali saraah, biar gondok sama resto, tapi yg penting hepi momentnya maksimal. ahh foto lu yg dikalungin n foto berdua kudu nya juga diupload dimari dunk.

    ReplyDelete
  3. Oliv : Hihihi, iyaaaaaak :)))) Aku masih cuek bebek manggil tante lho, meskipun suka diomelin :p

    Littlemissindri : Sebagian belum pindah dari kamera nih, nanti baru diupdate deh yaaa :D Terima kasih! :*

    ReplyDelete