Tuesday, February 10, 2015

Patient R VS 'Profesional' Vendor

Lanjut ngomongin masalah pre-wedd photo ya, pemirsa. Aku nggak tahan pingin curhyat.

Jadi begini ceritanya.


Vendor pre-wedd yang gue kejar ke Bandung itu akhirnya ngabarin masalah perubahan harga sekitar awal Januari lalu. Berhubung nggak ada kenaikan kalo gue nggak mau upgrade album, akhirnya DP gue lakukan. Tentu saja setelah 5638 kali meyakinkan, bahwa kenaikan harga hanya berpengaruh jika album diupgrade.

Artinya, kalo album pake yang lama, ya harganya nggak jadi naik. Oke deeeh. Kami pilih album yang lama aja, karena gue lebih suka bentuknya (which is persegi panjang, sedangkan yang baru persegi), dan yang terpenting: kagak usah nambah cost lagi. Lha wong harga lamanya aja udah overbudget. Ditambah additional charge lagi, alamat kagak bisa bayar. Zzz.

DP dibuat, dan hari-hari berikutnya gue habiskan dengan whatsapp-in vendor untuk nanyain kontrak kerja sama. Puji Tuhan, sekitar seminggu setelah DP, surat perjanjian kerja sama (SPK) akhirnya dikirim untuk diisi. Berhubung gue males ngurusin kelengkapan dokumentasi, R-lah yang bertugas ngisi. Kelar diisi, SPK dikirim balik ke vendor, dan nggak sampe lima menit kemudian kontraknya dikirim balik ke gue dan R.

Tapi isinya bikin naik darah.

Vendor (secara sepihak) berniat mengurangi komponen yang telah kami deal-kan saat gue DP, dengan alasan alokasi dananya nggak cukup karena ada kenaikan harga. Dan dengan enaknya doi mengeliminasi canvas photo print dan frame foto sebesar 60x90cm yang akan gue pajang pas resepsi nanti.

What the heck?

Bukannya kalo gue udah DP, artinya itu komponen dan harga telah terikat ya? Kenapa sekarang berubah? Kalo emang harga dari vendor frame-nya berubah, bukannya itu salah ngana-ngana sekalian yang kagak follow up? Kenapa jadinya dibebankan pada kami?

Di saat gue udah mau meleduk sanking ngamuk dan keselnya, R nyabar-nyabarin dan minta ijin untuk ngomong sama sang vendor. Gue setuju, mengingat dalam kondisi begini, gue udah nggak bakalan bisa diajak diskusi, karena kepengennya pasti ngomel dan nyindir sepedes-pedesnya.

Dibuatlah grup chat di whatsapp untuk mempertemukan gue, R, dan vendor. Gue diem seribu bahasa, sedangkan R dengan sabar menjelaskan keberatan kami kepada vendor. Doi sama sekali nggak terlihat emosi, padahal sama dongkol dan gondoknya sama gue. Kalo udah begini, lakiku itu keliatan dewasa sekali, deh. Tambah sayang :)

Diskusi alot pun dimulai!

Vendor beralasan, tapi kami juga kekeuh bahwa komponen yang hendak dieliminasi tersebut adalah hak kami, since gue udah DP beberapa minggu yang lalu. Harusnya seluruh ketetapan perjanjiannya mengikat, dan tolonglah, gue udah berkali-kali meyakinkan bahwa selain album, nggak ada lagi perubahan harga. Don't tell I didn't ask.

Puji Tuhan, akhirnya sang vendor (kayaknya) sadar bahwa mereka salah. Akhirnya mereka ngalah dan memberikan statement bahwa gue dan R tetep akan dapet komponen sesuai dengan perjanjian saat DP. Fiuuuh. *lap keringet*

Masalah sementara kelar, walopun sampe sekarang kontrak belum gue terima. Mari berdoa semoga kali ini, janji mereka bisa dipegang. A? MIN.

No comments:

Post a Comment