Gue kebangun pukul setengah 4 pagi, tepat saat alarm akan berbunyi. Setelah berjuang keras melawan keinginan untuk bobok lagi, nggak pake mandi, gue langung ganti baju, sikat gigi, dan pake softlens, lalu ngebangunin kedua bridesmaid gue. Nyokap udah siap, dan kami berempat langsung nyebrang ke Gester, yang berlokasi tepat di seberang hotel tempat kami menginap. Di sana, kami janjian ketemu sama mamanya R dan R, yang nginepnya di hotel lain.
Sampe di Gester, gue dan rombongan langsung disambut oleh Ci Endang dan Ci Maria, lalu dibagi menjadi dua kelompok. Sebagian di lantai 1 untuk hair do, sebagian di lantai 3 untuk make up. Gue termasuk kelompok lantai 3.
So I went upstairs, dan proses make up langsung dimulai. Setelah sekitar satu setengah jam berlalu, gue selesai dirias, dan diminta turun ke bawah untuk hair do. Tepat pas rambut gue dikerjain, orang dokumentasi dateng dan langsung ngambil beberapa foto dan video.
Setelah semuanya selesai, gue, R, bridesmaids, dan nyokap segera balik ke hotel untuk siap-siap melakukan prosesi dan pengambilan gambar. Sampe di hotel, gue minta dibuatin teh anget sama nyokap karena kepala rasanya kok berat banget. Gue kira cuma karena bangun kepagian aja. Nanti juga ilang sendiri.
Akhirnya dimulailah sesi foto gue sama baju pengantin, lalu setelah selesai, gantian Roy yang difoto, sementara gue, dibantu oleh WO dan bridesmaids, make wedding dress. Pas selesai dipakein, sebenernya gue udah ngebatin, kok ketat banget ya? Long torso-nya nggak masalah, tapi gaunnya sangat amat ngepas sama badan gue. Keliatannya bagus sih, tapi nggak terlalu nyaman dipake. Tapi lagi-lagi, gue cuekin. Ntar juga biasa sendiri, pikir gue. Beauty is pain, no?
Kelar pake baju pengantin, gue dipaksa makan sedikit kue supaya perut nggak kosong-kosong amat. Meskipun sama sekali nggak laper, akhirnya dengan terpaksa, gue melahap lontong yang disodorin sama Jeje, salah satu bridesmaid gue. Di sini, gue lagi snewen berat mikirin agenda yang bakalan dijalani hari ini. Will everything be alright?
Nggak lama kemudian, fotografer dan videografer gue masuk, dan sesi pengambilan foto gue dan bokap nyokap pun dimulai. Begitu kelar, R, dianter oleh bestman, masuk ke kamar untuk ketemu gue, setelah sebelumnya dikerjain oleh bridesmaids gue.
He gave me my rose bouquet, I gave him his boutonniere... untuk dipasangkan oleh mas-mas fotografer. Hihi. Gue nggak boleh masang, karena takut manicure-nya buyar.
He gave me my rose bouquet, I gave him his boutonniere... untuk dipasangkan oleh mas-mas fotografer. Hihi. Gue nggak boleh masang, karena takut manicure-nya buyar.
Setelah itu, R membuka veil gue, lalu diadakan sesi foto berdua, disambung bersama bridesmaids dan bestmen.
Begitu sesi foto-foto dan prosesi pertemuan bride and groom usai, acara dilanjutkan dengan Teapay. Kami menuju ke ruang tengah, kemudian melangsungkan Teapay dengan om dan tante R. Cuma keluarga besar R, karena keluarga besar gue dijadwalkan untuk Teapay sebelum resepsi.
Namun apa daya, sebelum acara foto-foto selesai, kaki gue tiba-tiba lemes, pandangan gue kabur, dan perut gue mual hebat. Gue bisik-bisik sama R minta bangku, karena lebih lama lagi bertahan dalam posisi berdiri, gue pasti black out. Been familiar with the indication for years.
To be honest? Gue nggak mau bilang siapapun bahwa sepertinya, gue sakit. Gue nggak tau apa pemicunya, bisa jadi gaun yang super tight, stress dan snewen berlebih, nggak nyaman jadi pusat perhatian, kurang tidur dan makan, atau mungkin semuanya campur aduk jadi satu. I wanted to keep the anxiety for my self.
Masalahnya? That was my wedding day. Banyak orang-orang yang terlibat langsung dengan acara ini. Terutama bokap gue. Begitu ngeliat muka gue pucet, he knew already something was wrong.
Gue langsung digiring ke kamar untuk copot wedding dress, kemudian dipaksa makan lagi. Nyokap, tante-tantenya R, nyokapnya R, semua berebut ke kamar untuk ngeliat kondisi gue. That time, I was nearly explode. Gue lagi nggak enak badan, dan hal terakhir yang gue inginkan adalah dikelilingi rame-rame dan dihujani berbagai saran dan nasihat. Gue pusing, mual, khawatir, takut, dan akhirnya berujung nangis pilu.
Bridesmaids gue (Oh thank God for them), mengerti situasinya, lalu menyuruh semua orang keluar dari kamar, bahkan termasuk WO. Setelah kamar sepi, mereka duduk di samping gue, nyuapin gue kue, sambil terus menerus meyakinkan gue bahwa semuanya akan baik-baik aja.
Gue berenti nangis, maksain diri buat makan kue lagi meskipun sedikit, lalu manggil WO ke kamar untuk make wedding dress, dari awal lagi. Kali ini, tanpa long torso. That was the only way to make it loosen a little bit.
Selesai siap-siap, gue keluar kamar untuk kumpul sama yang lain, menanti mobil pengantin yang akan membawa kami ke tempat pemberkatan. R nggak berenti menenangkan dengan megang tangan gue. Berulang kali dia bisik-bisik di telinga gue, bahwa hari ini akan berjalan lancar. Gue nggak perlu takut dan khawatir. That was our day, and I should be happy.
Guenya, malah heboh nangis lagi. Bokap gue juga bolak-balik meluk dan nenangin gue. Berusaha melakukan dan ngambilin apapun yang bikin gue ngerasa lebih baik. Tapi yang ada mah, air mata malah makin nggak bisa berenti.
Gue takut banget ngecewain banyak orang dengan sakit di hari yang penting ini. I was afraid, and it paralysed me.
Nggak lama kemudian, kami dikabarkan bahwa mobil pengantin udah stand by di lobby. Gue, R, dan rombongan turun dan segera masuk ke mobil. Tujuan kami adalah MGK Kemayoran, tempat kami akan melangsungkan pemberkatan pernikahan.
seru deh ini, drama banget ya Hari H mu Sar, hhihihi.
ReplyDeleteTapi untung Roy jadi suami yang menguatkan, itu tu yang penting *terharu*
gw tunggu lanjutannya, seru nih kya novel.
Haduh :( I know it's finally over, tapi bacanya kok rasanya pengen nggremet tanganmu dan nguatin ya Sar. Emang kalo dikelilingin dan diocehin banyak ibu-ibu/emak-emak itu rasanya bikin pengen meledak marah frustasi sambil nangis kesel ya. *self-note: ntar udah jadi emak-emak jangan begitu* :))))
ReplyDeleteLittlemissindri : Hihi, sabaaar yaa. Beneran belom sempet nih, nulis kelanjutannya. Basi bener deh, mana udah 2016. Tapi diusahakan secepat mungkin deeh :D Terima kasih sudah baca yaaa! Happy new year!
ReplyDeleteOliv : Sampe sekarang kalo inget juga masih suka pengen nangis, Liv :)) Padahal udah 3 bulan berlalu ahahahaha. Iyaak, gue janji sama diri sendiri, entar kalo udah tua ga usah kepo :))
Hi Sar, salam kenal. Wah ada2 aja, tp memang sh smua unpredictable ya.
ReplyDeleteMakin panik malah jadi nangis ya,makin pusing dan mual. Mgkn asam lambung naik krn deg2an bgd x ya
Iya ya knp ya kl ya Ibu2 tu hobby bgd ceramah ya mskpn niatnya baik tp kdg momment nya sangat tidak tepat.