I don't know, but maybe Paulo Cohelo was right.
***
Gue sempet stress berat karena mikirin masalah bridal dan gaun pengantin. Berhari-hari nyesel juga karena gue sempet survey ke Tina Andrean. Thanks to her amazing gown, I set the bar so damn high, sehingga akhirnya gaun-gaun di bridal yang terjangkau tangan kantong jadi kebanting. Bolak balik pasrah dan sedih, mikirin bakal make baju pengantin yang nggak gue suka di hari pernikahan nanti. Duh, bakalan kebayang-bayang gaun idaman nggak ya? Jadi cranky nggak ya?
Tapi kemudian, setelah menilik kebutuhan di pos-pos lain serta rasionalisasi kemampuan, gue mutusin untuk nyerah. I burried my dream wedding gown, kemudian berfokus pada dua bridal yang tersisa, Ming dan Gester.
R berkali-kali mencoba menghibur dan meyakinkan gue, bahwa masih banyak bridal lain di luar sana. Keputusannya nggak hanya tergantung pada kedua bridal itu. So I don't have to be worried. Well yeah, maybe he was right.
Not.
Tiap malem gue ngelamun mikirin wedding dress, yang ujungnya bikin murung dan lesu. Mau ngomong ke R nggak berani, karena gue takut dianggep egois dan nggak nyadar kemampuannya sampe di mana. Mau ngomong ke mama juga nggak enak, takut disangka ngode dan minta dibantuin bayar.
Akhirnya gue curhat ke Tuhan. Sambil nangis-nangis kalo pas lagi dramatis.
Dan nggak pake lama... doa gue dijawab.
I can't tell you the whole story, but I'm going to wear this Tina Andrean's dress I've been dreaming of ever since I went to the showroom. Yaulih, jadi neeek. Jadi pake gaunnya, bok. Jadiii. *ngepel air mata haru*
Gue langsung ngabarin R dan disambut dengan antusiame yang sama. Kayak mimpi yang jadi kenyataan, deh. Sumpah kalo inget masih suka terharu :')
Tapi berhubung yang gue ambil dari Tina Andrean cuma gaun, jadi sekarang gue sama R lagi sibuk bikin perbandingan untuk komponen sisanya (kayak make up, dokumentasi, bunga, mobil, dst) nih. Mau lepasan semuanya, atau ambil paket (seperti di Gester atau Ming) tapi baju pengantinnya dicabut? Hmmm.
No comments:
Post a Comment